Bimbingan Eksklusif: Guru Cantik yang Mengajar dengan Hati di Rumahnya

Posted on

Bimbingan Eksklusif: Guru Cantik yang Mengajar dengan Hati di Rumahnya

Fitri adalah sosok guru yang paling cantik dan paling terkenal dengan kes*ksiannya ketika mengajar. Setiap murid-muridnya pasti akan terpana memandang kecantikan dan kes*ksian ibu gurunya yang satu itu. umurnya masih muda 28 tahunan, dengan rambut panjang, tubuh langsing, dan buah d*d* yang menonjol besar 36B dan bongk*han kedua pant*tnya yang naik turun secara beraturan ketika berjalan selalu menghiasi hari-hari murid laki-lakinya. Bahkan tak jarang Fitri genit menggoda murid yang memang disukainya, seperti yang satu ini.

Pandu adalah murid yang paling menjadi pusat perhatian cewek-cewek disekolahan, karena tubuhnya yang tinggi kekar dan penampilannya yang keren dan stay cooll membuat para teman-teman wanitanya banyak yang menyukainya. Namun tanpa diduga ibu gurunya yang terkenal cantik dan s*ksi itu juga menaruk rasa suka kepadanya.

Hingga akhirnya muncullah pikiran kotor Fitri untuk megundang Pandu kerumahnya agar Fitri bisa menggodanya secara leluasa tanpa diketahui murid-murid yang lainya. Saat pelajaran Pandu yang memang terkenal kurang cerdas sengaja diberikan soal yang sangat sulit oleh Fitri agar supaya Fitri bisa mencari alasan untuk menyuruh Pandu kerumahnya.

Setelah 2 jam semua murid mengerjakan soal hanya Pandu yang paling mendapatkan nilai yang paling jelek. Sesuai dengan rencana, Fitri kemudian memanggil Pandu sendirian setelah para murid-murid keluar.
“Pandu nilai kamu dikelas paling jelek, kamu nanti siang harus kerumah ibu untuk mendapatkan pelajaran kusus dari ibu”.

“Iyha Bu, sulit banget soal yang ibu berikan tadi” jawab Pandu.
“Nanti ibu tunggu kamu dirumah, kalau gak datang kerumah ibu, ibu akan memberikan nilai jelek padamu Pandu” ucap Fitri.
“Iyha Bu, Pandu pasti datang kerumah bu Fitri”jawab Pandu.

Tepat seperti janji Pandu, siang itu Pandu menepati janjianya untuk datang kerumah Fitri. Setelah diketok pintu bu gurunya itu, dibukalah dan Pandu bengong melihat apa yang dilihatnya, Karena siang itu bu gurunya menggunakan pakaian yang sangat s*ksi dan super mini, sehingga membuat Pandu melotot melihat tubuh bu gurunya itu.

“Heey, kamu bengong ngelihatin apa Pandu” ujar Fitri.
“Eeenngg…Engggak papa kok bu” jawab Pandu dengan tergagap.
“Ayoo masuk” ajak Fitri.

Kemudian Fitri mengajak Pandu kesebuah ruangan. Dan memberikan Pandu selembar kertas berupa soal-soal dan menyuruh Pandu untuk mengerjakannya lalu meninggalkannya pergi keruang tengah.
Sudah selesai Pandu?”, Fitri masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Pandu selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.

”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..
””Iya..”
”Bu Fitri, Saya sudah selesai”, Pandu masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.
”Ibu dimana?”

”Ada di kamar.., Pandu sebentar ya”,
Fitri berusaha membetulkan t-sh*rtnya. Ia sengaja mencopot **-nya untuk merangs*ng muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk pay*daranya terlihat jelas, terlebih lagi put*ng sus*nya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Pandu nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Fitri membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..

”Muka Pandu merah karena malu, karena Fitri tersenyum saat pandangannya terarah ke buah d*d*nya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”

”oo…, begitu to?””Pandu kamu mau menolong saya?”, Fitri merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Pandu bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Fitri yang satu mengusap-uasap daerah ‘v*tal’ nya.

”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
”Tapi tapi…, Saya”.
”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.
Muka Pandu langsung saja merah mendengar perkataan Fitri

”Iya”
”Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Fitri kemudian duduk di pangkuan Pandu. Bib*r keduanya kemudian saling berp*gutan, Fitri yang agr*sif karena haus akan kehangatan dan Pandu yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke d*d*nya.

Ia bisa merasakan put*ng sus* Fitri yang mengeras. L*dah Fitri menjelajahi mulut Pandu, mencari l*dahnya untuk kemudian saling berp*gutan bagai ular. Setelah puas, Fitri kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai.

Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
”Lepaskan pakaiannmu Pandu”, Fitri berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
”Ahh cepat Pandu”, Fitri mendes*h tidak sabar.

Pandu kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang s*ks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
”Pandu…, letakkan tanganmu di d*d* Ibu”,Dengan gemetar Pandu meletakkan tangannya di d*d* Fitri yang turun naik.

Tangannya kemudian dibimbing untuk mer*mas-r*mas pay*dara Fitri yang montok itu.
”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, r*mas pelan-pelan, rasakan put*ngnya menegang..”
Dengan semangat Pandu melakukan apa yang gurunya katakan.

”Ibu…, Boleh saya h*sap sus* Ibu?”.
Fitri tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

Tubuh Fitri men*gang ketika merasakan jil*tan dan h*sapan mulut pemuda itu di sus*nya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
”Oohh…, jil*t terus sayang…, ohh”, Tangan Fitri mendekap erat kepala Pandu ke pay*daranya.

Pandu semakin buas menjil*ti put*ng sus* gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. H*sapan Pandu makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia g*git-g*git ringan put*ng gurunya tersebut.
”mm…, nakal kamu”, Fitri tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.

”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah p*sar Ibu”.
Pandu menurut saja. Duduk diantara kaki Fitri yang membuka lebar. Fitri kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.

”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Pandu memasuki v*gin*nya.
”Hangat Bu..
”Bisa kamu rasakan ada semacam pent*l…?”
”Iya..”

”Itu yang dinamakan kelent*t, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”
Pelan-pelan jari Pandu mengusap-usap cl*toris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Fitri mengerinjal-gerinjal keenakan ketika cl*torisnya digosok-gosok oleh Pandu.

”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Pandu tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
”Oohh…, Pandu…, mm”, tubuh Fitri telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya mer*ntih-r*ntih keenakan.

Tangan Pandu semakin berani mempermainkan cl*toris gurunya yang makin bergelora dirangs*ng b*rahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
”Ooaahh…, Aguuung”, Tangan Fitri mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kew*nit*annya menegang.

Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
”Hmm…, kamu lihai Pandu…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Pandu menurut saja. Pen*snya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.

”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Fitri segera mengusap-usap pen*s yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Fitri. Ia segera menjil*ti pen*s muridnya itu dengan penuh semangat.

Kepala pen*s muridnya itu dih*sapnya keras-keras, sehingga Pandu mer*ntih keenakan.
”Ahh…, enakk…,enakk”, Pandu tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan pen*snya makin ke dalam k*luman Fitri.

Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya h*sapan Fitri. ”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan m*ni Pandu di dalam mulut Fitri, yang segera menjil*ti cairan itu hingga tuntas.
”Hmm…, m*nis rasanya Pandu”, Fitri masih tetap menjil*ti pen*s muridnya yang masih tegak.

”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Fitri sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
”Pandu…, biar Ibu minum dulu”.
”Tidak…, nikmati saja ini”, Pandu yang masih teg*ng berat mendorong Fitri ke kulkas.

Gelas yang dipegang Fitri jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Fitri kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
”Ibu…, sekarang!”
”Ahhkk”, Fitri berteriak, saat Pandu menyodokkan pen*snya dengan keras ke l*ang v*gin*nya dari belakang.

Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi l*ar.
”Pandu…, enakk…, ohh…, ohh”.
Tubuh Fitri bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Pandu satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain mer*mas pay*daranya.

Dan pen*snya yang keras mel*mat l*ang v*gin*nya.
”Ibu menikmati ini khan”, bisik Pandu di telinganya,
”Ahh…, hh”, Fitri hanya mer*ntih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.

”Jawab…, Ibu”, dengan keras Pandu mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa””Pandu…, Pandu jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Fitri telah merasakan cairan hangat di l*ang v*gin*nya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.

”Uuhgghh”, pen*s Pandu yang berlepotan m*ni itupun amblas lagi ke dalam l*ang Fitri.”Ahh”. Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan. Setelah kejadian dengan Pandu, Fitri masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Fitri adalah jika Pandu kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.