Part 2 Harmoni dalam Profesionalisme Jejak Nafsu dan Kemesraan di Balik Kunjungan Kerja dengan Teman Kerja yang Cantik

Posted on

Part 2 Harmoni dalam Profesionalisme Jejak Nafsu dan Kemesraan di Balik Kunjungan Kerja dengan Teman Kerja yang Cantik

Pagi hari ketika terbangun, masih dalam posisi yang sama saat kami tertidur. Kulihat bersandar didadaku Risa masih tertidur. Aku beringsut dan mengambil HP di meja sebelah kiriku. Kulihat jam di HP, jam 6 lewat 10 menit. Kuletakkan kembali HP dan kemudian kupeluk tubuh Risa. Rasanya belum bosan untuk terus menjamah seluruh badan wanita ini dan mencabulinya. Dia terbangun.

“Dah pagi… jam berapa mas?” tanyanya.
“Jam enam lewat sepuluh,” jawabku sambil mencium keningnya.
Dia hanya tersenyum kemudian kembali membenamkan kepalanya di dadaku.

“Bangun yuk, mandi biar nanti gak terlambat ke kantor pusat.” ajakku. Tak ada jawaban.
“Sayang ……. ayo bangun, nanti terlambat loh…” kembali kuulangi perkataanku.
“Males…mas..” risa menjawab pelan sambil mendongakkan kepala ke wajahku dengan wajah malas-malasan.

“loh… kok males kenapa? apa masih capek atau kenapa?” sambil kubelai kepalanya. Tak ada sahutan.
“Kenapa sayang…….” kembali kutanya.
“Jadi kepikiran aja. Tar aku kerja sekantor dan jadi anak buah mas… padahal kita …..” tak diteruskannya kalimat itu.

“Dan semua anak buah Mas pasti tahu… Pasti suasananya jadi gak enak ntar dikantor….Nanti anak buah Mas yg lain menganggap aku diistimewakan. Pastinya Mas juga nggak akan bisa marah atau mungkin sungkan untuk menegur Risa kalau ada kesalahan… Iya kan Mas? Tar pasti Risa jadi bahan omongan temen-temen sekantor.” jelasnya panjang lebar dengan kepalanya yg masih disandarkan didadaku.

Sejenak baru terpikir olehku benar juga apa yg dikatakannya. Aku menjadi terdiam sesaat.
“Sayang….. tar kan bisa mas tempatkan di kantor cabang yg lain yg gak sekantor dengan Mas. Kantor cabang barunya kan gak satu tempat aja, ada 3 tempat. Tar kamu pilih aja mo di cabang yang mana, yang sekiranya enak” ujarku mencoba meyakinkannya.

“Tetep aja tar jadi bahan omongan. Tuh si Risa kan pacarnya Pak ivan.” jawabnya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya barusan. Perkataan kalau dia adalah pacarku. Sejak kapan ya jadian? Baru kemaren aja mulai deketnya dan belum ada komitmen.

Mungkin bener kata teman-temanku. Kalau kita pernah ML, mulai saat itu cewek tersebut akan langsung merasa ada ikatan khusus yg lebih dalam dan punya feeling yang lebih tajam ke cowoknya. Kecuali kalau emang dari awalnya cuman mau One Night Stand.

“Mmm… Say…. Emang gak boleh ya seorang pimpinan suka ma anak buahnya? Kan banyak tuh pimpinan yang masih bujangan akhirnya married ma anak buahnya…” sahutku kemudian.
Risa cuma terdiam.

“Udahlah say…. gak usah terlalu dipikirin yang kayak gituan. Tar gampang, bisa diatur.. Yuk ah buruan mandi..” sambil kusingkirkan selimut kutarik tangan risa untuk bangkit dan menuju ke kamar mandi.

Di kamar mandi kulumuri semua badannya dengan sabun. Begitu juga Risa melumuri seluruh badanku dengan sabun dan mulai menggosok -gosok sabun di badanku hingga berbusa. Terasa sensai tersendiri ketika aku bisa menjamahi seluruh yang licin karena sabun.

Bathup sudah 3/4 bagian terisi air hangat. Aku segera berendam disitu, sementara Risa masih membersihkan sisa sabun dengan air dari shower. Setelah selesai dia mengikutiku masuk ke bathup dengan posisi membelakangiku. Dengan posisi memeluknya dari belakang, aku bisa bermain dengan pangkal paha dan payudaranya.

Tiba-tiba dia berdiri dan berbalik mengambil posisi dengan lutut tertekuk ke belakang. Kemudian dia menurunkan pantatnya sehingga vaginanya beradu dengan kemaluanku. Dia gesekkan beberapakali sehingga kemaluanku yang sedari tadi sudah menegang semakin mengeras. Tampaknya sekarang dia sudah berani berinisiatif. Mungkin karena semalam dia benar-benar merasakan suatu kenikmatan yang luarbiasa sehingga sekarang dia mulai ketagihan dan ingin mendapatkannya kembali.

Setelah beberapa saat dia menuntun penisku memasuki liang senggamanya. Saat menurunkan kembali pantatnya, otot ku yang sudah mengeras langsung masuk hingga ke dalam hingga pintu rahimnya. Risa terpekik kecil kemudian diam sesaat.

Sepertinya sedang menikmati benda yang semalam telah membuatnya menerima siksaan birahi saat ini sudah berada di pintu rahimnya. Sambil memegangi dadaku pelan-pelan diangkat dan diturunkan pantatnya. Beberapa kali dia mendesah tertahan. Sengaja aku hanya diam karena saat ini sepertinya dia sedang mencoba mencari kenikmatannya sendiri.

Beberapa saat kemidian tangannya segera menuntun tanganku ke dadanya agar dia bisa mendapatkan kenikmatan yang lainnya. Aku menggesek-gesekkan telapak tanganku dengan halus ke putingnya yang sudah mulai mengeras agar tidak lecet, karena dengan posisi ini jari-jaiku tak bisa leluasa memberikan sentuhan di ujung putingnya. Dia menggelinjang dah mendesah pelan.

“Mas…..” seucap kata keluar dari mulutnya pelan dengan tatapan mata memelas beberapa saat kemudian.
Saat ini aku sudah bisa memahami maksud kata itu. Sambil berpegangan di bathup dia semakin mempercepat gerakannya. Sekarangpun kedua tanganku telah memegang sepasang payudaranya.

Kupermainkan keduanya. Kadang kusentuh dan ku gesek halus putingnya dengan telapaktanganku, kucubit dan kutarik pelan, kupilin, dan ku tekan payudaranya dengan telapak tanganku. Tubuhnya mulai mengejang. Gerakan pantatnya pun seolah olah ingin agar kemaluanku bisa masuk sedalam-dalamnya di dalam lobang senggamanya. Aku berusaha agar bisa orgasme bersamaan dengannya. Gerakan Risa semakin cepat dan tangannya mencengkeram lenganku.

Dia pun nampak mulai mengejang hebat. Otot-otot vaginanya mulai kurasakan berdenyut-denyut dan penisku pun sudah sangat keras. Kuremas keras kedua payudaranya, saat itu juga Risa menghentikan gerakannya sambil berusaha memasukkan sedalam-dalamnya penisku di liang senggamanya. Risa melenguh panjang. Badannya mengejang, kedua tangannya mencengkeram erat ke dua lenganku. Otot vaginanya semakin kuat berdenyut mencengkeram penisku. Saat itu juga air maniku menyemprot keluar mengisi ruang rahimnya.

Setelah beberapa saat tubuhnya rebah di badanku. Ku belai rambut sebahunya yang basah, kukecup kepalanya pelan. Beberapa saat kemudian dia bangkit.
“Mas…Risa ganti baju dulu ya” ucap Risa memandangku.

“Hm….mmm” sahutku pendek sambil memegang kepalanya, kemudian kucium bibirnya. Risa bangkit dan segera mengeringkan badan, kemudian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di badannya..

Keluar dari kamar mandi kulihat Risa sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Aku berlalu mengambil tasku, kubuka dan mengambil barang yang semalam telah aku ambil dari tas Risa.
“Lagi nyari ini ya say…..?” kutunjukkan bra dan celana dalam Risa yang semalam kusimpan di dalam tasku.

Dia menoleh ke arahku.
“Loh kok ada disitu?” kata Risa dengan wajah sedikit bingung.
“Mmm… Barang-barang ini untuk sementara Mas sita, selama kamu masih bareng Mas..” kataku nakal.

“Iih…kok gitu sih” sahutnya sambil tersenyum malu.
“Iya…gapapa. Kamu gak usah pake daleman. Mas mau lihat kamu sexi pakai baju tanpa daleman.” kataku menggodanya.
“Huuu…. maunya” sahutnya sambil tersenyum.

Pagi ini Risa memakai blouse lengan panjang putih bergaris-garis hitam, dipadukan dengan rok span hitam di atas lutut. Sedangkan blaser hitamnya belum dia kenakan, masih menggantung di gantungan baju. Karena blouse berwarna putih agak tipis dan ketat maka putingnya nampak tercetak samar dari balik bajunya karena tidak memakai bra. Nampak anggun penampilannya hari ini. Dia berdiri di depan kaca rias.

“Kenapa mas…? ada yang aneh ya?” kalimat Risa membuat aku terhenyak dari keasyikanku yang sedang memandanginya.
“Eh… nggak… kamu kliatan seksi.” sahutku.
Kuhampiri Risa sambil menyentuh puting yang menyembul dibalik baju putihnya.
“Bisa gak jadi berangkat meeting loh mas nanti…kan tadi mas..”

Kalimat Risa tidak selesai karena bibirnya sudah kulumat sambil ku pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan dia pun mengimbanginya. Kedua tanganku bergerak kebawah pantat menyibakkan span hitam yang dipakainya hingga tersingkap di atas pantatnya.

Kuremas pantatnya yang tidak memakai celana dalam itu kuat-kuat dan sedikit kuangkat sambil kumainkan lidahku di mulutnya. Kuangkat kaki kirinya dengan tangan kananku sehingga sekarang jari tangan kiriku bisa meraba vaginanya dari arah belakang. Namun cukup sulit untuk bisa menjangkau lubang senggamanya.

Kulepaskan peganganku dari kaki kirinya dan segera kuputar badan Risa hingga sekarang membelakangiku. Kupeluk dia dari arah belakang sambil tangan kananku membuka 3 kancing bajunya. Sementara dari arah depan tangan kiriku menyingkap keatas rok yang dipakainya dan segera menyentuh vaginanya untuk mencari lubang senggamanya.

Tangan kiri Risa bergayut di balakang leherku. Kuremas payudara kirinya setelah kubuka tadi kancing bajunya. Kumainkan putingnya sementara jari tengahku telah masuk dan bermain-main di dalam lobang vaginanya yang telah basah. Risa hanya menggelinjang merasakan semua sentuhanku.

Kulepas bajunya dan perlahan kurebahkan badannya di pinggir ranjang sehingga kakinya masih menggantung ke bawah. Kusibakkan rok yang dipakainya hingga ke pinggang dan kukangkangkan kakinya. Segera kubenamkan kepalaku di pangkal pahanya dan mulai menjilati bibir vaginanya sambil kuremas ke dua payudaranya.

Risa hanya bisa memegangi kepalaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan gejolak nafsunnya karena perbuatanku. Ketika lidahku mulai masuk dan bermain di lobang vaginanya dia mendesah sambil meremas kepalaku dengan kedua tangannya.

Setelah beberapa saat aku beralih mencium dan menjilati pusar dan perunya. Perlahan naik dan mengulum putingnya, kemudian naik keleher. Kuciumi lehernya, semerbak wangi Escada Sentiment yang semakin memancing nafsuku. Kujilati telinganya dan kemudian beralih mengulum bibirnya. Setalah beberapa saat kuhentikan ciumanku.

“Dilanjutin nanti setelah dari kantor ya say…..” kataku sambil tersenyum. Risa hanya memandangku sambil mengatur nafasnya.
“Sengaja ya mas…..biar aku horny? Tar kalau pas wawancara aku jadi gak konsen gimana coba?”katanya dengan manja.
Aku hanya tertawa kecil sambil merapikan kembali bajuku.

Dalam perjalan ke kantor Risa terus memegangi lengan kiriku. Kemudian dia sandarkan kepalanya di lengan kiriku dengan manja. Sesampai dikantor mobil aku parkir di lokasi paling ujung. Kawatir tar kepergok temen kerjaku yang di semarang liat aku di kantor pusat.

Setelah Risa terlihat masuk ke dalam kantor segera aku menuju tempat parkir mobil di gedung sebelah karena disana ada Kafe yang bisa kupakai buat nongkrong sambil nungguin selesai test wawancara.

Dua jam lebih aku menunggu di kafe hingga telfonku berdering. Terlihat foto Risa dengan baju merah di layar telfonku, foto Risa kemaren saat baru sampai di hotel. Segera kuangkat telfonku.

“Gimana say… udah selesai testnya?”
“Udah mas, baru aja selesai. Ini baru jalan di tangga” suara Risa di seberang telfon
“Tunggu Mas di tempat parkir yang tadi ya say…… bentar lagi mas dah sampai situ.” kataku sambil berjalan keluar dari Kafe
“Iya mas…” sahut Risa kemudian.

Tak sampai 10 menit aku dah sampai di parkiran gedung tadi. Kulihat Risa sudah berdiri menunggu di ujung parkiran dengan blaser dan span hitam. Rambut yang tergerai ditiup angin membuatnya terlihat semakin anggun. Begitu sampai didepannya kubukakan pintu dari dalam.

“Hai sayang….” tegurku.
Risa hanya tersenyum manis kemudian masuk ke dalam mobil. Kutarik sedikit kepalanya dan kukecup keningnya. Dilepasnya blaser yang dipakai, dan tampaklah kembali pemandangan indah tadi pagi yang membangkitkan nafsuku. Namun kulihat wajahnya sedikit ada kegalauan, tidak seperti tadi pagi.

“Ada apa say… kok sepertinya ada sesuatu” tanyaku.
Namun dia hanya diam sambil menatap kedepan dengan pandangan galau. Hanya kuperhatikan wajahnya tanpa pertanyaan lagi.
“Mmm…. Mas…” Risa tampak ragu melanjutkan kalimatnya.

Aku hanya menatapnya dengan pandangan mengisyaratkan agar dia meneruskan kalimatnya.
“Mmm… Mass…… Kalau…….Kalau…..aku hamil gimana Mas?” tanyanya sambil melihat ke arahku dengan pandangan kawatir.
Aku hanya tersenyum sambil memandangnya.

“Mas….” desaknya karena aku tidak menjawab sampai beberapa saat.
“Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal itu say…?” gantian aku yang bertanya
“Mmm….. Risa tadi baru inget ini hari ke 16, saat masa subur-suburnya” matanya menatap ke depan.

Sambil tersenyum aku menjawab “Emang sengaja Mas mau bikin kamu hamil…”
“Jangan bercanda Mas… risa serius” sahut Risa dengan muka serius.
Aku tertawa.

“Iya… Mas juga serius. Mas sengaja ingin kamu hamil” sambil kutarik pundak kanannya agar menghadapku.
“Aaah…..Mas kok gitu sih” berkata Risa dengan nada merajuk manja.
“Loh…… Emang kamu gak mau hamil karena Mas?” tanyaku lagi

“Bukan gitu Mas………Risa cuman…” sebelum selesai bicara kepalanya sudah kupegang, kucium dan kulumat bibirnya. Risa berusaha mendorongku.
“Eh mas…jangan…tar dilihat orang..”sambil dia menengok kanan kiri melihat sekeliling.

“Tadi dari luar Risa bisa liat Mas di dalam mobil gak..?’tanyaku. Risa hanya menggeleng pelan.
“Mobil mas pake kaca film, jadi gak bakalan kliatan dari luar” tanpa menunggu persetujuannya langsung kulumat lagi bibirnya. Awalnya Risa sedikit menolak. Namun selanjutnya dia mulai mengikuti permainanku ini.

Tangan kananku segera menuju kancing bajunya. Kubuka tiga kancing bajunya. Selanjutnya mulai kuremas pelan payudaranya, dan kumainkan putingnya dengan jari-jariku. Dia terus mengikuti permainanku. Setelah beberapa lama mulai ku gerayangi pahanya. Kutelusuri hingga ke pangkalnya. Risa pun mulai mengangkangkan kakinya.

Kurebahkan sandaran kursi yang menahan badannya. Jari-jari ku pun dengan mudah mulai menelusuri bagian pangkal pahanya hingga masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan mulai basah. Kugerak-gerakkan jari tengahku dalam lubang itu. Risa memandangku dengan tatapan bernafsu, sementara badannya mulai menggelinjang.

Kuremas payudaranya dengan tangan kiriku. Jari tengahku semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang vaginanya. Mulutnya terbuka dan terlihat seperti orang akan tenggelam sambil tangannya memegangi tangan kananku yang terus bergerak semakin cepat di sela-sela pahanya. Terasa lubang vaginanya sudah sangat basah.

Tangan kiriku meremas agak keras payudaranya dan kemudian kutekan, sementara jari tengah tangan kananku menusuk dalam-dalam lobang vaginanya sambil kumainkan jariku didalamnya.
“hek…” terdengar suara dari mulut Risa, dan tubuhnya mulai mengejang.

Kedua tangannya mencengkeram kuat tangan kananku . Saat itu juga terasa vaginanya sudah sangat basah. Kulihat tatapan matanya sayu menatapku. Dia telah mendapatkan orgasmenya. Sejenak aku berfikir. Dari tadi malam sampai sekarang sudah berapa kali dia orgasme. Mungkin sudah lebih dari 10 kali. Tega gak ya tar sampai hotel aku perlakukan dia seperti ini lagi?

Ku cium bibir risa. Kemudian ia mulai merapikan baju dan rok spannya yang tersingkap keatas karena ulah tanganku. Kunyalakan mesin mobil dan mulai berjalan perlahan meninggalakan tempat parkir itu.

Sebelum sampai Hotel kami mampir dahulu di restoran untuk makan siang. Sesampainya di kamar hotel Risa langsung berganti baju dengan kaus putih tipis tanpa lengan ketat dengan belahan dada agak kebawah. Ini yang selalu membuat libidoku naik melihat bentuk payudara yang bulat kencang dengan puting yang tercetak transparan dibalik baju tipisnya. Rok mini ketat abu-abu tua berbahan kaus sebagai padanannya memperlihatkan lekuk pinggang dan mencetak jelas bentuk pantanya yang tak memakai celana dalam semakin membuat nafasku sesak.

Selanjutnya dia merebahkan badannya di tempat tidur dengan bersandar di ujung ranjang. Kuikuti merebahkan badan disampingnya, kurengkuh hingga kepalanya bersandar di pundakku. Kunyalakan televisi dan mencari tontonan yang bisa menghibur sambil beristirahat.

“Sayang…. kamu capek yah..?” tanyaku setelah agak lama tak ada percakapan diantara kami.
“Capek kenapa…mas?” sambil tangannya meraih remote televisi dari tanganku.
Digantinya chanel telivisi yang dilihat.

“Dari semalem kan udah berapa kali tuh kamu orgasme…” kucium kepala wanita yg bersandar di pundakku ini.
“Mas tuh curang…. ngerjain aku terus?” kulihat Risa menjawab dengan mulut sedikit monyong.
Aku tertawa kecil.

“Ih… malah ketawa..” sambil tangannya mencubit pahaku.
“Kamu juga sih… kalo kayak gini gimana Mas gak sesak napas coba..” sambil ku kusentuh tonjolan kecil di dada yang menyembul dibalik bajunya.

“Lah…kan Mas juga yang ngumpetin bra ma celana dalamku” tangkisnya.
Aku kembali tertawa kecil.
“Mmm… maaf ya kalau Mas membuat Risa malah menjadi gak nyaman” kataku sambil mengelus-elus kepalanya.
“Nggak kok Mas, Risa nggak papa. Risa nyaman-nyaman aja kok..” sahutnya sambil kembali mengganti chanel di televisi.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu kususupkan tanganku ke balik bajunya dari bawah hingga bisa kugenggam payudaranya. Sambil menonton televisi terus kuraba dan kuremas payudaranya. Sesekali ku sentuh lembut ujung putingnya dengan jariku. Tampak Risa menikmati apa yang kulakukan padanya.

Setelah beberapa saat tangannya mulai merayap masuk ke dalam celanaku. Dia berusaha meraih benda bulat panjang yang ada disitu. Digenggam dan mulai memainkannya dengan lembut. Tak lama ia bangkit dan berusaha melepaskan celanaku. Setelah celanaku terlepas dia berdiri di atasku sambil menyingkapkan rok ketatnya hingga sebatas pinggang. Kemudian dia mulai berjongkok dan menempelkan vaginanya di atas penisku sehingga terjepit antara perutku dan vaginanya.

Digoyangkan pinggulnya ke depan belakang perlahan-lahan sehingga penisku yang berada di celah vaginanya bergesekan pelan. Beberapa saat kemudian dia menarik bajunya ke atas sampai sebatas ketiaknya, sehingga payudara yang putih dengan guratan-guratan biru sekarang terlihat menggelantung bergerak-gerak mengikuti gerakan pinggulnya.

Sekarang kedua tangannya mulai menuntun kedua tanganku ke dadanya. Ku jamah kedua payudara yang segenggaman tanganku dengan lembut. Kumainkan dan kusentuh putingnya. Risa mendesah pelan sambil kedua tangannya memegangi tanganku yang terus menjamahi bagian sensitif di dadanya.

Kurasakan belahan vaginanya telah basah. Tangan Risa mulai mengarahkan penisku memasuki liang senggamanya. Tak lama dengan mudah penisku menembus lubang itu hingga kedalam. Risa kembali menggoyangkan pinggulnya. Kali ini kedepan belakang dan sesekali dengan gerakan memutar-mutar seolah-olah ia ingin penisku bisa menjelajahi seluruh bagian dalam lubang vaginanya.

Mungkin karena dalam semalam hingga saat ini sudah berkali-kali benda-benda besar memasuki vaginanya, saat ini terasa agak longgar dibandingkan saat pertama penisku bertemu dengan lubang kemaluannya. Sampai beberapa lama sepertinya Risa belum merasakan kepuasan yang dia inginkan. Akhirnya aku berinisiatif berganti posisi.

Aku bangkit dan berganti memposisikan Risa berbaring miring di ujung ranjang dengan posisi seperti sedang berjongkok dengan kaki rapat. Sekarang kulihat belahan vagina Risa yang basah tertutup rapat menyembul di antara ke dua pangkal pahanya. Dengan mudah kuarahkan penisku di belahan itu dan segera mencari lubang senggamanya.

Segera kumasukkan ke dalam dan terasa lubangnya lebih sempit menggencet batang penisku. Kugerakkan maju mundur pingganngku sehingga penisku bergerak keluar masuk diantara belahan vaginanya. Risa terlihat lebih puas dengan apa yang kulakukan sekarang.

Sambil kuremasi payudaranya, terus kugerakkan pantatku maju mundur. Risa mendesah panjang. Semakin lama semakin cepat kuhujamkan batang kemaluanku diantara jepitan lubang vaginanya. Tangannya memegangi tanganku yang terus meremas-remas benda kenyal didadanya. Nafasnya mulai tersengal-sengal, kepalanya menggeleng -geleng pelan dan sesekali badannya mengejang. Suara desahan yang terus keluar dari bibirnya semakin membuatku bernafsu menyetubuhinya.

Hingga terasa hendak mencapai orgasme kumasukkan dalam-dalam kemaluanku sambil kuremas keras payudaranya. Sesaat terdengar suara tercekat dari mulut Risa, kaki dan badannya mengejang-kejang. Tangannya mencengkeram kuat tanganku. Batang kemaluanku terasa diremas-remas kuat oleh otot-otot vaginanya. Saat itu juga penisku menegang hebat dan mulai menyemburkan cairan kental di dalam lubang vaginanya.

Kembali terus kusodokkan lebih dalam penisku di liang senggamanya. Kembali suara tercekat keluar dari mulut Risa yang seolah terasa batang kemaluanku telah menusuk dalam lubang vaginanya hingga menembus ke tenggorokannya. Sementara penisku terus berdenyut berusaha menyemprotkan maniku ke dalam rahimnya hingga habis tak tersisa. Badannya terus mengejang beberapa saat.

Saat hendak kucabut batang penisku dari lubang vaginanya, Risa memegang dan menahan pantatku. Seolah dia tak rela penisku lepas dari jepitan dinding lubang vaginanya. Melihat itu aku geser posisi Risa dengan mendorongnya kedepan dengan pinggangku, sehingga penisku tetap berada didalam lubang vaginanya. Badan Risa mengejang setiap aku bergerak merubah posisku. Kemudian perlahan aku juga merebahkan badanku miring di belakang badannya.

Saat ini posisi Risa berbaring miring ke kiri dengan kaki terlipat memunggungiku. Ku gapai payudaranya dengan tangan kananku. Kuremas-remas lembut dengan penis yang masih tertancap masuk didalam lubang vaginanya. Tak ada suara. Kunikmati posisi ini dengan terus menggenggam dan memainkan payudaranya. Cukup lama hingga tak terasa kami pun tertidur.

Sore hari kami terbangun. Segera kami bergegas mandi dan merapikan kembali barang-barang yang kami bawa. Setelah cek out, mobil segera melaju meninggalkan kota Semarang. Kami berencana mampir ke jogja sebelum pulang. Sepanjang perjalanan ke jogja, tangan Risa bergelayut manja di lengan kiriku.

Kepalanya pun dia sandarkan di sana. Kami banyak bercerita dan bermanja dalam perjalan menuju jogja. Baju ketat merah lengan panjang berpadu dengan laging hitam ketat yang dikenakannya masih saja terus membuatku bergairah.

Singkat cerita kami tiba di jogja sekitar jam 8 malam. Kucari hotel di sepanjng jalan belakang Malioboro. Aku ingin menikmati suasana malam di jogja bersamanya. Minggu pagi kami sempatkan untuk bermain di pantai Parangtritis. Sepanjang malam hingga siang di jogja inipun masih sempat aku menyetubuhi Risa hingga 3 kali. Dan Risa pun sepertinya menikmati apa yg aku perbuat kepadanya. Mungkin dia merasakan sensai-sensasi baru setiap kali aku menyetubuhinya.

Menjelang siang kami baru pulang kembali menuju purwokerto. Namun dalam perjalanan ini Risa banyak tertidur di mobil. Mungkin dia merasa lelah dan mengantuk karena sepanjang malam tadi aku telah membuatnya tidak bisa banyak tidur. Selama dua hari dua malam itu kami benar-benar menikmati dan melampiaskan semua hasrat masyuk yang selalu menghinggapi setiap saat.

Minggu malam kami tiba kembali di Purwokerto. Kuantar Risa pulang ke rumahnya. Terlihat dari wajahnya dia sudah sangat lelah. Namun dari sorot matanya terlihat kebahagiaan. Setelah beberapa saat aku mampir di rumahnya aku berpamit untuk pulang. Namun Risa terlihat masih belum ingin berpisah denganku. Ku katakan padanya kalau besok aku akan menemaninya lagi. Dan setiap hari aku kan ada untuk terus bersamanya.

Setalah berpamitan dengan kedua orangtuanya segera aku meluncur pulang ke rumah kos dimana selama ini aku tinggal. Rasa lelah, kantuk dan capek rasanya tak sebanding dengan kenikmatan yang telah kureguk bersama Risa. Terasa ingin malam ini segera berlalu dan dapat bersama Risa kembali. Menikmati kembali hasrat syahwat yang masih saja bergejolak liar tanpa batasan.

“Terimakasih telah membuat Risa merasakan kebahagiaan yang belum pernah Risa rasakan sebelumnya. Dua hari ini adalah hari paling bahagia selama hidup Risa. Selamat beristirahat sayang…. “
Sebuah SMS dari Risa yang membuatku tersenyum bahagia menjelang lelapku.